Senin, 27 Juli 2009

Dari Desa ke Desa Menuju Istana

Lenggak lenggok berkostum pakaian yang mencolok dan dipadu sampur yang gemulai dengan diringi gamelan yang gagap gemita karena hentakan khas kendang. Begitulah ledhek sering memerankan profesinya. Dengan Gendhing-gendhing yang selalu menjadi pemikat keakraban.

Walapun gending dan lelagon yang dialunkan pesinden acapkalai terasa kuno, akan tetapi seiring zaman tidak jarang ditampilkan lagu-lagu langgam campursari dan dangdut yang dapat membius gerakan kaki dan goyang pinggul oenonton.

Ledhek tidak lepas dari tayub, karena ledhek sendiri menjadi sebutan penari dalam seni tayub. Walaupun agak jarang, namun hingga sekarang, pertunjukan tayub masih dilaksanakan di beberapa daerah di Jawa Tengah diantaranya Blora.

Dalam pementasnya biasanya dalam rangka upacara nikah, syukuran karena baru naik jabatan atau mungkin mendapat rezeki dan bahkan sering sekali dalam rangka bersih desa atau sedekah bumi.

Dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung asal Blora, Subayono, mengatakan, zaman yang berubah mengubah pula jalan penari tayub. Semula mereka menari dari satu desa ke desa lain untuk mencari nafkah (ledhek barangan), kini mereka menunggu tanggapan (Albertus Hendrio Widi, Kompas, 14 Juli 2008).

Tayub yang mula-mula diduga “hanya” kesenian rakyat, kesenian “ndeso”, pada kurun tertentu pernah juga dipentaskan di rumah-rumah bangsawan, di beberapa ndalem (rumah pangeran atau pembesar keraton) dalam lingkungan Keraton Yogyakarta (Hughes-Freeland, 1990: 23) dan bahkan, di masa kini dan masa depan, Soedarsono (1991 : 48-49), seorang pakar tari terkemuka, berani memprediksi bahwa tayub layak dipertunjukkan di hotel-hotel, sebagaimana disco-disco; dan tayub juga dapat menyamai waltz -- suatu tari pergaulan yang menghibur.

Prediksi itu rupanya agak muali terjawab dengan ditampilkannya ledhek barangan Blora dipentas Festival Internasional Borobudur atau Borobudur International Festival (BIF) 2009.

Dengan demikian, kesan kampungan dan seronok ledhek mulai hilang bersama dengan berubahnya model dan tempat mereka tampil. Bahkan kalau melihat geliat perkembangan seni yang sempat mendapatkan kekewatiran dari beberapa orang akan punah karena sulitnya mencari penerus, sekarang mulai dilirik oleh pelajar.

Kalau ini bisa dipertahankan dan bahkan bisa dikembangkan, tak ayal kesenian akan segera mendekatkan dengan prediksi Soedarsono.

ahmad solikin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar